Kim Ji-Yeong adalah Kita, Kita adalah Kim Ji-Yeong
Andi Nur Faizah
Judul Buku | : | Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982 |
Pengarang | : | Cho Nam-joo |
Penerbit | : | Gramedia Pustaka Utama |
Tahun Terbit | : | 2019 |
Fase kehidupan yang dialami oleh Kim Ji-Young paling tidak sempat kita rasakan sebagai perempuan. Kehidupan perempuan mulai masa kecil hingga dewasa penuh dengan aturan. Anak perempuan tidak boleh tertawa kencang. Anak perempuan main boneka dan masak-masakan saja. Anak perempuan harus membantu ibu di dapur. Anak perempuan harus bisa merawat adik. Perempuan tidak boleh agresif. Perempuan harus bisa menjadi istri sekaligus ibu yang baik.
“Kim Ji-Yeong memiliki waktu kurang lebih tiga jam untuk dirinya sendiri. Namun, waktu itu bukan sepenuhnya waktu istirahat baginya. Ia harus mencuci pakaian, mencuci piring-piring kotor yang menumpuk, membersihkan rumah, lalu menyiapkan camilan dan makanan untuk anaknya. Jarang sekali ia bisa duduk minum kopi dengan tenang.”
Kim Jo-Yeong hanyalah secarik kisah dari sekian banyak kasus yang terjadi pada perempuan. Beban kerja rumah tangga seperti pengasuhan dan kerja domestik, sesungguhnya sangat menekan. Perempuan tanpa sadar menjadikannya sebagai sesuatu yang normal dan mencoba menyangkal saat pikiran dan tubuhnya merasa tidak sejalan. Penyangkalannya tersebut berdasar pada pemikiran bahwa pekerjaan rumah tangga adalah kewajiban perempuan. Hal lain di benaknya adalah tidak semestinya perempuan mengeluhkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai istri yang baik.
Simone de Beauvoir mengatakan hal serupa, bahwa fase kehidupan perempuan penuh dengan tekanan yang bahkan tidak disadari oleh perempuan itu sendiri. Konstruksi yang sekian lama telah tertanam di benak perempuan, dengan berbagai aturan tersebut telah melekat dan menjadi sebuah kewajaran. Kewajaran yang diamini oleh semua orang – perempuan maupun laki-laki.
Kewajaran ini juga berdampak pada kasus-kasus perempuan yang saat ini terjadi. Perempuan wajar disalahkan ketika mengalami pelecehan, karena pakaian yang digunakannya menggoda laki-laki. Perempuan wajar disalahkan ketika mengalami kekerasan, karena salahnya sendiri mau diperdaya oleh laki-laki. Masih banyak kasus lainnya yang kerap menyalahkan perempuan. Bahkan, menyalahkan korban (victim blaming) ini juga dilakukan oleh perempuan itu sendiri.
Membaca novel Kim Ji-Yeong mengajak kita untuk merefleksikan kembali fase-fase kehidupan perempuan yang penuh dengan konstruksi. Sebagaimana Kim Go Yeon-ju yang menuliskan bahwa gender adalah “sistem” yang kuat yang beroperasi mulai dari wilayah pribadi seperti cinta, pernikahan, struktur keluarga, kelahiran, pengasuhan, dan penuaan sampai ke wilayah umum seperti perekonomian, agama, politik, sekolah, dan lain-lain.