Author: Perempuan Peduli

Seperti bukit itu sebagai pengingat Selama pelukan yang hangatTerasa begitu dekat dalam pagi yang pekat Terikat dalam bilik kayu yang bersekatMemendam dendam yang temaram Semuanya

Selengkapnya

Bagaimana Jika? Jika ada penerimaan pasti ada penolakanJika ada perkenalan pasti ada perpisahanJika ada perdamaian pasti ada peperanganJika ada kelahiran pasti ada kematian Sudah sejatinya

Selengkapnya

Puan, saya dirayakan di ujung jurangApapun ia berikan, sejalan dengan ego dan amarahnyaTapi tidak selalu, meski berulangSering, namun ujungnya berakhir dengan bahagia Kadang saya merasa

Selengkapnya

Betapa menakutkannya bertemu denganmu hai manusiakuSosok dengan rasa yang tetap ada, namun tak lagi mau memilikikuSakitnya karena pada akhirnya kisah inimenjadi asing, untukmu dan untukkuSampai

Selengkapnya

Dua kursi merah tertata apik berhadapanDi ujung sana kapal tongkang siap berlayarMereka berdua bahagia saling tertawan Pagi itu terasa matahari enggan berbinarKatanya “aku akan menjual

Selengkapnya

Apakah saya harus meminta maaf untuk seonggok kebahagiaan saya?Atau saya harus merasa bersalah karena mampu tersenyum di waktu tidur?Percayalah, saya menunggu sebuah masa meski nyatanya

Selengkapnya

Ketika Sang Maha Rasa tau mana doa yg diijabah atau dilarung ke samudraTerasa hampa ketika angin bertepa tanpa suaraMenuai hawa diantara rumput kering dan gubuk

Selengkapnya

Seandainya sawah dan ladang di desa tak jadi kavlingan Seandainya anak muda mau belajar dan tak berdiam dalam goyangan Seandainya burung di atas padi menurut

Selengkapnya